PT. MCTN for education…”Beasiswa”

Satu lagi dari PT. MCTN, sebagai bukti kepedulian perusahaan ini terhadap dunia pendidikan di wilayah operasi nya yakni Mandau dan Pinggir.

Saya tidak begitu tahu PT. MCTN bergerak di bidang apa atau jasa apa yang sediakannya. Maybe juga salah satu Business Partner dari PT. CPI….yang jelas saya sering liat mobil berlabel MCTN lalu lalang di jalanan kota Duri. semoga beasiswa yang di berikan bisa menjadi sangat bermanfaat untuk penddikan di kota Duri.

Ya…dari ratusan Business Partner atau kontraktor yang bekerja untuk PT. CPI di Duri ini, mungkin baru PT. MCTN yang sering memberikan bantuan-bantuan baik berupa sosial maupun pendidikan. Yang lain, mungkin saya belum dengar atau tidak dapat info..“keep positive thingking”

AMIK Mitra Gama, sebagai salah satu akademi PT yang ada di Duri tentu sangat berterima kasih atas bantuan ini.

Beasiswa diberikan kepada mahasiswa yang berada di wilayah mandau dan pinggir.

Di sini, di Dalam Jiwa Ini

Saudaraku,
Kita banyak tahu tentang kebaikan. Bahkan kita sering ingin melakukannya. Tapi jujur saja, kita masih lebih sering gagal untuk menunaikannya. Seperti juga keburukan. Kita tahu bahwa itu tidak boleh dilakukan. Tetapi, mungkin saja kita justru terdorong untuk melakukannya. Kita sering lepas kendali mengawal diri sendiri.

Sulit mengatasi kecendrungan yang berulang kali mengajak pada suasana yang sebenarnya kita sendiri tidak ingin ada didalamnya. Entahlah, seolah ada kekuasaan lain yang lebih kuat dalam membentuk dan mengendalikan diri kita. Itulah inti masalah yang kita hadapi. Kita kerap gagal dan tak mampu mengendalikan diri kita sendiri. Tepat, seperti ungkapan orang-orang bijak, “Musuh kita adalah diri kita sendiri.”

Padahal kemampuan mengendalikan diri, menurut Rasulullah SAW, adalah parameter seseorang untuk bisa disebut kuat atau lemah. “Orang yang kuat itu bukan orang yang menang dalam pertarungan, tapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.”

Amru bin Ahtam, seorang ulama di kalangan Tabi’in, menyebut orang yang mampu menundukkan nafsunya dengan istilah ‘asyja’u rajul, atau orang yang paling berani. Ia pernah ditanya oleh Mu’awiyah ra, “Siapa orang yang paling berani?” Amru bin Athtam menjawab, “Orang yang bisa menolak kebodohan dirinya dengan sikap lapang dada yang dimilikinya. Dialah orang yang paling berani.” (al-hilm, Ibnu Abi Dunia, 31).